Di
dalam Alkitab Allah sudah menggunakan media alat peraga dalam mengajar umatNya
sekalipun masih dalam bentuk yang sangat sederhana. Allah selalu menggunakan
alat peraga berupa media visual untuk berkomunikasi dengan umat-Nya. Dia
berbicara dan pesan-Nya yang didokumentasikan di dalam Alkitab. Namun dia
sebenarnya melakukan lebih banyak lagi selain berbicara. Dia juga menggunakan
berbagai alat visual untuk menguatkan pesan-Nya. Di dalam Alkitab
ada beberapa media yang digunakan Allah sebagai alat peraga untuk menyampaikan
pesan-Nya.
Tuhan
menggunakan media bejana (Yer. 18:1-7) untuk menyatakan isi hatinya kepada
bangsa Israel. Dalam Yeremia 18, kata “bejana” dalam
bahasa Ibrani memakai kata tx;äv.nIw> (wünišHat) yang memiliki bentuk verb niphal
waw consec perfect masculine singular. Penggunaan
bejana dalam masyarakat Timur Tengah bukanlah sesuatu yang baru, karena
pembuatan bejana dari tanah liat yang dikeraskan oleh api sudah dikenal sejak
milenium ke 6 SM. Bahkan hasil survey para arkeolog menunjukkan bahwa pada
zaman Palestina kuno sudah terdapat produksi bejana yang sangat menjamur di
berbagai tempat di Palestina kala itu.[1]
Sesungguhnya
kata “bejana” - tx;äv.nIw>
(wünišHat) dalam Perjanjian Lama
memiliki banyak varian sinonim yang menunjukkan keragaman fungsi penggunaan.
Misalnya dalam Ezra 1:9 memakai kata lj'r>g:a] (´ágar†ülê) yang diterjemahkan
sebagai bokor; dalam Zakharia 4:2 memakai kata HL'øKu
(guläh)
yang diterjemahkan sebagai kandil (sejenis mangkuk bulat sebagai tempat minyak
dalam lampu); dan dalam Kel 16:33 memakai kata tn<c<ån>ci
(cinceºnet)
yang diterjemahkan sebagai buli-buli (sebuah tabung untuk menyimpan sebuah
cairan).[2]
Dalam keragaman fungsi
penggunaan sebuah bejana di atas pada dasarnya menunjukkan bahwa sebuah bejana
merupakan sebuah benda yang sangat digemari oleh masyarakat Israel untuk
dipakai sebagai sebuah wadah / tempat.
Hal ini dapat dimengerti karena sebuah bejana pada umumnya memiliki daya tahan
(durabilitas) yang sangat tinggi, dimana setelah objek
tanah liat dipanaskan pada suhu tingkat tinggi dan mengeras serta membentuk
sebuah bejana padat, maka meskipun bejana itu akan pecah, namun pecahannya tidak
akan pernah membusuk atau menghilang. Oleh sebab itu tidak heran, dalam
penggalian arkeologi di wilayah Palestina seringkali ditemukan pecahan-pecahan
bejana zaman Israel kuno yang kualitasnya masih bagus.[3]
Allah
menggunakan media pembelajaran kepada Nabi Yeremia melalui bejana yang dibuat
oleh tukang periuk hal ini untuk menjelaskan perbuatan Allah kepada bangsa
Israel, agar Yeremia memberi tahukan kejahatan dan dosa bangsa Yehuda, Allah
berharap melalui Nabi Yeremia mereka mau bertobat.[4] Tuhan sedang mengajar atau mendidik bangsa
Israel dengan memberi gambaran tentang bejana di tangan tukang periuk. Dalam Yeremia 18:6 Tuhan berkata "Masakan Aku
tidak dapat bertindak kepada kamu seperti tukang periuk ini, hai kaum Israel,
demikianlah firman TUHAN. Sungguh, seperti tanah liat di tangan tukang periuk,
demikianlah kamu di tangan-Ku, hai kaum Israel!”.
Dalam perjanjian baru Tuhan banyak menggunakan media dalam pengajarannya,
salah satunya adalah Tuhan memakai benih. Dalam Matius 13:1-23,
kata “menabur benih” dalam bahasa Yunani memakai kata spei,rein(speirein) yang memiliki bentuk verb
infinitive present active dan berasal
dari kata benda spei,rw(speiro).Kata ini muncul sebanyak 52 kali dalam seluruh Perjanjian
baru, dimana paling sering muncul dalam Matius (17 kali) dan Mark (12 kali),
dan 14 kali dalam tulisan-tulisan Paulus.
Di
dalam Injil biasanya menggunakan kata benih - spei,rw(speiro) secara
harafiah , seperti dalam perumpamaan tentang penabur (Mat 13:3, 4, 18, 19, 20,
22, 23; Mrk 4:3, 4, 14, 15, 16, 18, 20; Luk 8:5), lalang di antara gandum ( Mat
13:24, 27, 37, 39 ), biji sesawi (Mat 13:31; Mrk 4:31, 32), dan gambaran
burung-burung di udara yang tidak menabur benih (Mat 6:26; Luk 12:24). Sedangkan
dalam penafsiran tentang kata benih dari perumpamaan tentang penabur (Mat
13:1-23), Yesus mengandaikan benih sebagai bentuk pemberitaan firman Allah
tentang Kerajaan Surga dan, dimana menuntut respon dan perilaku orang percaya
dalam menyambut benih Firman yang telah ditabur oleh Allah.[5]
Sebuah
benih pada dasarnya adalah sebuah investasi kecil dengan potensi nilai yang
besar, dan merupakan langkah yang penting dalam sebuah reproduksi. Meskipun jumlah
benih hanya satu, namun itu dapat menjadi berlipat banyaknya melalui sebuah ‘kematian’
dari benih itu sendiri. Konsep inilah yang dibawa Yesus kepada pendengar-Nya untuk
menjelaskan maksud dari kematian-Nya (bdk. Yoh 12:24), dan juga Paulus ketika
memberikan penjelasan kepada orang-orang di Korintus tentang kebangkitan tubuh
(bdk. 1 Kor 15:35-37).[6]
Konsep
tentang benih pada dasarnya juga merupakan sebuah ‘investasi’ yang sangat tergantung
pada lingkungannya. Jika lingkungannya baik, maka sebuah benih dapat berkembang
dan menghasilkan banyak, namun jika lingkungannya tidak baik, maka benih
tersebut akan mati dan tidak menghasilkan apa-apa.[7] Konsep ini tentu sangatlah sesuai dengan perumpamaan
Yesus tentang benih (Mat 13:1-23), dimana permasalahan lingkungan (tanah) yang
membuat sebuah benih tidak dapat berkembang dengan baik.
Perumpamaan yang digunakan Tuhan Yesus dalam mengajar
kebanyakan mengambil gambaran kehidupan sehari-hari, yang digunakan untuk
menyampaikan kebenaran yang abstrak. “Seorang penabur keluar untuk menabur,” Ia
memulai dengan memberikan ilustrasi yang memungkinkan untuk di responi. Penabur
dan biji adalah hal yang umum, sesuatu yang dimengerti oleh semua yang
mendengarkan-Nya.
Yesus saat Dia mengajar para murid-Nya telah mengunakan seluruh media yang
ada. Nilai nilai dari media pembelajaran yang Yesus lakukan adalah :
Pertama, meletakan dasar-dasar yang konkrit, dan
mengurangi verbalisme.
Yesus menggunakan media pembelajaran sehingga menghasilkan suatu dasar dimana sesuatu yang verbal dapat menjadi lebih konkrit dan nyata, sehingga tidak menghasilkan kebingungan kepada siswa.
Yesus menggunakan media pembelajaran sehingga menghasilkan suatu dasar dimana sesuatu yang verbal dapat menjadi lebih konkrit dan nyata, sehingga tidak menghasilkan kebingungan kepada siswa.
Kedua, memperbesar perhatian para peserta
didik. Yesus menggunakan media pembelajaran ini sendiri akan menumbuhkan
perhatian yang lebih dari orang-orang atau dari para muridnya, sehingga para
murid lebih dapat memperhatikan apa yang diajarkan oleh Tuhan Yesus.
Ketiga, meletakan dasar dasar yang penting untuk
perkembangan belajar dan membuat pelajaran lebih mantap. Yesus dalam mengajar
tidak dengan sembarangan memberikan media sebagai alat bantu dalam memberikan
pembelajaran, tetapi Yesus memberikan suatu dasar yang penting agar murid dapat
belajar lebih lagi dan diajak untuk berpikir lagi ketika diberikan
pembelelajaran.
Keempat, memberikan pengalaman yang nyata yang
dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri di kalangan siswa. Yesus juga
membrikan suatu pengalaman yang nyata dalam pembelajarannya, seperti pada saat
Dia memberikan contoh pohon ara yang dikutuk, sebagai suatu kepercayaan yang
penuh kepada Allah dan tidak goyah dalam doa.
Kelima, menumbuhkan pemikiran yang pemikiran
yang teratur dan terus menerus. Yesus memberikan media pembelajaran agar para
murir dapat menumbuhkan pemikiran yang teratur dan terus menerus, tidak hanya
menerima pada saat itu dan hilang kemudian, tetapi terus menerus diingat dan di
aplikasikan.
Keenam, membantu tumbuhnya pengertian dan dengan demikian membantu perkembangan kemampuan berbahasa. Yesus juga dalam memberikan pengajaran menggunakan media pembelajaran untuk membantu para murid menumbuhkan pengertian dan mengembangkan kemampuan berbahasa.
Keenam, membantu tumbuhnya pengertian dan dengan demikian membantu perkembangan kemampuan berbahasa. Yesus juga dalam memberikan pengajaran menggunakan media pembelajaran untuk membantu para murid menumbuhkan pengertian dan mengembangkan kemampuan berbahasa.
Puncak dari pengunaan Media Pembelajaran, Dia mengunakan Diri-NYA sendiri
sebagai contoh yang sulit dilupakan dengan menjalani jalan salib yang penuh
penderitaan yang mencengkam kehidupan para murid-Nya yang masuk kedalam
kematian dan kebangkitan dan kenaikan kesorga dan memberikan Roh Kudus sehingga
sangat efektif mengajar para murid sehingga para murid mampu bukan hanya
menyerap pelajaran dari Yesus Guru Agung melainkan memampukan mereka untuk
mengajar generasi-generasi berikutnya.
Yesus yang penuh hikmat dan kuasa memberikan model pembelajaran yang secara
kreatif mengunakan segala hal yang ada di dalam kehidupanNya dan disekitarNya
sebagai media pendidikan efektif. Proses pembelajaran agar kita kreatif dan
mampu mengunakan media yang ada di sekitar kita agar amanatNya terlaksana maka
kehadiran Roh Kudus dan proses belajar terus menerus yang dirancang olehNya akan
membuat kita semakin efektif mendapatkan nilai-nilai dari media pembelajaran
dan Tuhan dipermuliakan. Dari sini dapat dilihat bagaimana Yesus sebenarnya
ingin mengajarkan kepada murid-muridNya melalui perbuatan simbolis,
pertama-tama Ia mengajarkan bahwa pelayanan-Nya berarti perlu pengorbanan diri
sebagai suatu tujuan utama kehidupan-Nya. Hubungan antara pengorbanan dan
baptisan dinyatakan melalui jawaban-nya pada Yakobus dan Yohanes, yang memohon
agar mereka boleh menerima hak istimewa nantinya, kata-Nya “Dapatkan kamu . . .
dibaptis dengan baptisan yang harus kuterima” (Mrk 10:38). Jadi, baptisan-Nya
merupakan lambang kesengsaraan-Nya nanti.
Demikian pula pengajaran yang disampaikan melalui perjamuan yang dirayakan
pada malam sebelum Yesus disalibkan, dimana Dia diserahkan kepada kekuasan
Yahudi-Romawi dan jamuan yang dinikmati-Nya bersama dengan para muridnya
tersebut merupakan gambaran dimana penderitaan-Nya yang pertama akan terjadi,
dan yang kedua adalah ketika perjalanan bersama kedua muridnya yang berjalan ke
Emaus, digunakannya untuk mengajarkan tentang bahwa Yesus tealh disiapkan untuk
menggenapi apa yang telah dijanjikan oleh Allah kepada manusia.
Media pembelajaran yang Yesus gunakan merupakan suatu warisan yang dapat
kita tiru, bukan saja harus kita memberikan materi tanpa media pembelajaran,
Yesus pun menggunakan media pembelajaran agar para muridnya mengertia apa yang
Dia sampaikan kepada mereka semua, maka dari itu dalam menggunakan media
pembelajaran ini kita dapat mengambil suatu kesimpulan dimana media pembelajarn
itu sangat penting dalam dunai pendidikan pada saat ini, dan tidak dapat
dilepaskan dari pengajaran.
[1]D.N. Freedman, The
Anchor Bible Dictionary (New York: Doubleday, 1996), 428.
[2]D.R.W. Wood, New
Bible Dictionary (Downers Grove: Inter Varsity Press, 1996), 1224.
[3]D.N. Freedman, The
Anchor Bible Dictionary (New York: Doubleday, 1996), 433.
[4]Chris Marantika, Kepercayaan
dan Kehidupan (Yogyakarta: Sekolah Tinggi Theologi Injili Indonesia, 1996)
218.
[5]H.R. Balz &G. Schneider, Exegetical Dictionary
of the New Testament (Grand Rapids: Eerdmans, 1990), 263.
[6]D.R.W. Wood, New
Bible Dictionary (Downers Grove: Inter Varsity Press, 1996), 1073.
[7] L. Ryken, J. Wilhoit, T. Longman, Dictionary of Biblical Imagery (Downers
Grove: Inter Varsity Press, 2000), 770.
terimakasih
BalasHapusThankyou
BalasHapus