Senin, 27 Oktober 2014

Media Pembelajaran



Kurikulum pengajaran di Indonesia mengalami kemajuan tahap demi tahap yang pada awalnya pengajaran berfokus pada guru, kemudian siswa mulai dilibatkan. Cara belajar dengan melibatkan siswa adalah cara belajar dengan menggunakan sistem CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif). Pada tahap ini pengajaran sudah dititik beratkan pada siswa yang aktif, kemudian berkembang lagi pada penggunaan bermacam -macam metode pembelajaran misalnya: metode ceramah, metode diskusi, metode tanya jawab, metode kerja kelompok dan lain - lain. Pada hakikatnya, proses belajar mengajar adalah proses komunikasi, yang melibatkan penyampaian pesan (materi) dari pengantar ke penerima. Proses pengubahan pesan berupa materi/bahan ajar menjadi simbol komunikasi baik verbal maupun nonverbal disebut encoding. Penafsiran simbol komunikasi tersebut oleh peserta didik disebut decoding.[1]
Komunikasi itu sendiri tidak terpisahkan dari media, saling berkaitan erat. Oleh sebab itu, untuk memperlancar komunikasi, si pemberi pesan (komunikator) sebaiknya menggunakan media yang sesuai dengan tingkat perkembangan, situasi (konteks) dan pemikiran penerima pesan.[2] Pengajar atau guru yang berfungsi sebagai si pemberi pesan dan anak didik sebagai penerima pesan. Pemahaman anak didik tentang apa yang didengar, dibaca, dilihat atau diamati adakalanya berhasil dan adakalanya gagal. Kegagalan atau hambatan dalam proses komunikasi ini disebut barier atau noise. Untuk meminimalkan kegagalan proses komunikasi, media diperlukan sebagai perantara komunikasi.[3]

Pengertian Media Pembelajaran
Media merupakan kata jamak dari medium (Latin) yang berarti perantara, penghubung pesan dari si pengirim pesan kepada yang menerima.[4] Media dapat diartikan sebagai perantara, penghubung; alat (sarana) komunikasi seperti koran, majalah, radio, televisi, film, poster, dan spanduk; yang terletak diantara dua pihak (orang, golongan, dan sebagainya). Pengertian umumnya adalah segala sesuatu  yang dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi kepada penerima informasi.[5]
Beberapa pakar/ahli media menyatakan definisi media adalah sebagai berikut: Pertama, Teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran jadi media adalah perluasan dari guru.[6] Kedua, Sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun audio visual, termasuk teknologi perangkat kerasnya.[7] Ketiga, Alat untuk memberikan perangsang bagi siswa supaya terjadi proses belajar.[8] Keempat, Segala bentuk dan saluran yang digunakan dalam proses penyampaian informasi atau pengantar informasi (pesan) antara sumber (pemberi pesan) dengan penerima pesan.[9] Kelima, Berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar, media merupakan satu komponen penting dari strategi penyampaian pembelajaran.[10] Keenam, Segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa untuk belajar. [11] Ketujuh, Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa sedemikian rupa sehingga terjadi proses belajar.[12] Kedelapan, Media berperan sebagai perangsang belajar dan dapat menumbuhkan motivasi belajar sehingga siswa tidak menjadi bosan dalam meraih tujuan-tujuan belajar. Dapat dikatakan bahwa media dalam pembelajaran berpengaruh terhadap keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran.[13]
Sedangkan “pembelajaran” merupakan bentuk jamak dari kata belajar yang mempunyai kata dasar “ajar”. Ajar adalah petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui (diturut), belajar merupakan suatu usaha untuk memperoleh kepandaian/ilmu.[14] Istilah pembelajaran lebih menggambarkan usaha guru/pendidik untuk membuat para peserta didik melakukan proses belajar. Kegiatan pembelajaran tidak akan berarti jika tidak menghasilkan kegiatan belajar pada para siswanya. Kegiatan belajar hanya akan berhasil jika si pelajar secara aktif mengalami sendiri proses belajar. Seorang guru tidak dapat mewakili belajar siswanya. Seorang siswa belum dapat dikatakan telah belajar hanya karena ia sedang berada dalam satu ruangan dengan guru yang sedang mengajar. Masih banyak cara lain yang dapat dilakukan guru untuk membuat siswa belajar. Peran yang seharusnya dilakukan guru adalah mengusahakan agar setiap siswa dapat berinteraksi secara aktif dengan berbagai sumber belajar yang ada.
Media pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi untuk menyampaikan pesan pembelajaran”.[15] Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan informasi dan segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk memperjelas materi atau mencapai tujuan pembelajaran.[16]
Menurut Brown, Media pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi efektivitas pembelajaran.[17] Keefektifitasan suatu proses komunikasi bisa diidentifikasi dari seberapa pesan yang disampaikan oleh komunikator dapat diterima oleh komunikan. Selanjutnya dikatakan pula bahwa “Dalam proses pembelajaran guru dituntut untuk menjadi komunikator yang efektif, sehingga pesan-pesan atau materi yang disampaikan kepada komunikan atau peserta didik dapat diterima secara efektif juga”.
Media pembelajaran adalah bahan, alat, maupun metode/teknik yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan maksud agar proses interaksi komunikasi edukatif antara guru dan anak didik dapat berlangsung secara efektif dan efisien sesuai dengan tujuan pengajar yang telah dirumuskan sebelumnya. Atau dengan kata lain, media pembelajaran adalah” segala sesuaru yang dapat menyalurkan pesan dapat merangsang pikiran, perasaan dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada peserta didik. Dengan demikian melalui mendengar dan melihat akan diperoleh kesan yang jauh lebih dalam. Media pembelajaran (alat peraga) seperti: gambar, peta, papan tulis,boks pasir dan lain-lain dapat menolong atau untuk mengingat dengan lebih baik.[18] Media pembelajaran sebagai komponen strategi peyampaian pesan yang akan disampaikan pembelajar, apakah itu berupa orang, alat atau bahan.[19] Menurut Dale, pengalaman manusia digambarkan sebagai suatu kerucut, yang dimulai dari pengalaman langsung sampai dengan pengalaman yang paling abstrak yaitu belajar melalui lambang kata – kata.[20]
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan, media pembelajaran merupakan wadah dari pesan yang oleh sumber pesan ataupun penyalurnya (pendidik) ingin diteruskan kepada sasaran atau penerima pesan tersebut (peserta didik), dalam proses belajar mengajar media pembelajaran merupakan hal yang sangat penting, karena tanpa adanya media pembelajaran maka sangat sulit sekali untuk dapat terjadi hubungan antara peserta didik  dengan pendidik ataupun sebaliknya hubungan antara pendidik dengan peserta didik. Guru dituntut untuk dapat menjadi komunikator yang efektif sedangkan media pembelajaran itu sendiri dapat mempengaruhi efektivitas pembelajaran.
Jadi, secara umum dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi kepada penerima informasi. Istilah media ini sangat populer dalam bidang komunikasi. Proses belajar mengajar pada dasamya juga merupakan proses komunikasi, sehingga media yang digunakan dalam pembelajaran disebut media pembelajaran.

Klasifikasi Media Pembelajaran
Media Pembelajaran dapat diklasifikasikan dan diidentifikasikan dengan berbagai cara. Klasifikasi media ini dapat menjadi landasan untuk pemanfaatan pemakaian media pembelajaran di dalam proses belajar mengajar di dalam kelas, ada beberapa pendapat pakar tentang Klasifikasi Media Pembelajaran.
Azhar Arshad dalam bukunya mengklasifikasikan ada 6 (enam) media pembelajaran berdasarkan sumber belajarnya.[21] a).Pesan (Apa informasi yang ditransmisikan?) b). Orang (Siapa/Apakah yang melakukan transmisi?) c). Bahan (Siapa/Apakah yang menyimpan informasi?) d). Alat (Siapa/Apakah yang menyimpan informasi?) e). Teknik (Bagaimana informasi itu ditransmisikan?) f). Lingkungan/Latar (Di mana ditransmisikan?).
Rudy Bretz, mengklasifikasikan media berdasarkan unsur pokoknya yaitu suara, visual (berupa gambar, garis, dan simbol), dan gerak.[22] Di samping itu juga, Bretz membedakan antara media siar (telecommunication) dan media rekam (recording). Dengan demikian, media menurut taksonomi Bretz dikelompokkan menjasi 8 kategori: 1) media audio visual gerak, 2) media audio visual diam, 3) media audio semi gerak, 4) media visual gerak, 5) media visual diam, 6) media semi gerak, 7) media audio, dan 8) media cetak.[23]
Rusman, mengklasifikasikan media pembelajaran berdasarkan sifatnya, jangkauan dan teknik pemakaiannya.[24] Dari sifatnya, media dapat dibagi ke dalam: a). Media auditif, yaitu media yang hanya dapat didengar saja atau media yang memiliki unsur suara. b). Media visual, yaitu media yang dapat dilihat saja, tidak mengandung unsur suara. c). Media audiovisual, yaitu jenis media selain mengandung unsur suara juga mengandung unsur gambar yang bisa dilihat. Dari kemampuan jangkauannya, media dapat pula dibagi ke dalam: a). media yang memiliki daya liput yang luas dan serentak. b). media yang memiliki daya liput yang terbatas oleh ruang dan waktu. Dari cara atau teknik pemakaianya, media dapat dibagi ke dalam: a). media yang diproyeksikan b). media yang tidak dapat diproyeksikan. 
Edgar Dale mengadakan klasifikasi media pembelajaran menurut tingkat dari yang paling konkrit sampai yang paling abstrak. Klasifikasi tersebut kemudian dikenal dengan nama “kerucut pengalaman” dari Edgar Dale dan dianut secara luas dalam menentukan media, alat bantu serta alat peraga yang paling sesuai untuk pengalaman belajar.[25] Pengalaman belajar konkrit yang secara langsung dialami siswa terletak dibagian bawah kerucut. Disinilah pengalaman yang paling besar dan banyak memperoleh manfaat karena dengan cara mengalaminya sendiri seperti yang dikatakan James L. Mursell. Menurut analisis Dale, bahwa pengalaman langsung mendapat tempat utama dan terbesar, sedangkan belajar melalui abstrak berada dipuncak kerucut. Ini berarti setiap belajar yang dialami siswa kelas permulaan secara berangsur-angsur harus dikurangi sesuai dengan tahapan pada kerucut tersebut.[26]
Media Pembelajaran dilihat dari segi jenisnya, dibagi menjadi 3 (tiga) macam:[27]  a). Media Audio (Auditif), media audio adalah media yang bentuk sarana penyampai, pembawa, dan pengantar pesannya ditangkap melalui indra pendengar. Diantara media audio ini adalah televisi, radio, MP3, tape recorder, piringan hitam, dan lain-lain. b). Media Visual, media visual adalah media yang hanya mengandalkan indra penglihatan. Artinya, media ini terfokus hanya pada pancaindra penglihatan. Jenis media visual ini ada yang menampilkan gambar diam seperti film strip film berangkai), slide (dilm bingkai), foto, gambar atau lukisan, dan cetakan. Ada pula jenis media yang menampilkan gambar atau simbol yang bergerak, seperti hanya film bisu dan film kartun. c). Media Audiovisual, media audiovisual adalah media  yang mempunyai unsur suara dan gambar. Artinya, media ini didapatkan dari hasil penggabungan antara audio dan visual. Media jenis audiovisual dibagi kedalam dua bagian, diantaranya adalah sebagai berikut: i). Audiovisual Diam : film bingkai suara (sound slide), film rangkai suara, dan cetak suara. ii).  Audiovisual Gerak : film suara dan video-cassette.

Manfaat Media Pembelajaran
Penyampaian materi menggunakan media pembelajaran dianggap penting karena media pembelajaran disini dapat membantu menstimulus indera dari peserta didik. Menurut Kemp dan Dayton dalam pengembangan sumber belajar, media pembelajaran memiliki manfaat[28] yaitu: (a). Penyampaian materi pelajaran lebih baku. (b). Pengajaran bisa lebih menarik (c). Pembelajaran menjadi lebih interaktif. (d). Lama waktu pengajaran dapat dipersingkat. (e). Kualitas hasil belajar dapat ditingkatkan. (f). pengajaran dapat diberikan kapan dan dimana saja diinginkan maupun diperlukan. (g). Sikap positif siswa terhadap apa yang mereka pelajari dan terhadap proses belajar dapat ditingkatkan. (h). Peran guru dapat berubah kearah yang lebih positif.
Manfaat media pembelajaran dalam proses pembelajaran[29] adalah: a). pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar. b). materi pembelajaran akan jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh para siswa dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pembelajaran lebih baik. c). metode pembelajaran akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi bila guru harus mengajar untuk setiap jam pelajaran. d). siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain.
Jadi dengan pemanfaatan media pembelajaran akan sangat membantu siswa dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru dan siswa akan memiliki respon yang baik karena siswa dapat menerima gambaran secara jelas tentang materi pelajaran yang disampaikan oleh guru.



Fungsi Media Pembelajaran
Fungsi media pembelajaran sebagai sumber belajar, Secara teknis media pembelajaran berfungsi sebagai sumber belajar. dalam kalimat “sumber belajar” ini tersirat makna keaktifan, yakni sebagai peyalur, penyampai, penghubung dan lain-lain.[30] Media pembelajaran adalah “bahasanya guru”. Maka untuk dalam beberapa hal  media pembelajaran dapat menggantikan fungsi guru terutama sebagai sumber belajar.[31]
Fungsi semantik, yakni kemampuan media dalam menambah perbendaharaan kata (symbol verbal) yang makna atau maksudnya benar-benar dipahami anak didik (tidak verbalistik).
Media pembelajaran juga memiliki fungsi manipulatif, ini didasarkan pada cirri-ciri umum yang dimilikinya. Media pembelajaran ini memiliki dua kemampuan, yakni mengatasi batas-batas ruang dan waktu dan mengatasi keterbatasan inderawi.[32]  Kemampuan media pembelajaran dalam mengatasi batas-batas ruang dan waktu, kemampuan media menghadirkan objek  atau peristiwa yang sulit dihadirkan dalam bentuk aslinya, kemampuan media menjadikan objek atau peristiwa yang menyita waktu panjang menjadi singkat. Kemampuan media pembelajaran dalam mengatasi keterbatasan inderawi manusia. Membantu siswa dalam memahami objek yang sulit diamati karena terlalu kecil. Membantu siswa dalam memahami objek yang bergerak terlalu lambat atau terlalu cepat. Membantu siswa dalam memahami objek yang membutuhkan kejelasan suara, Membantu siswa dalam memahami objek yang terlalu komplek.
Selain fungsi di atas, media pembelajaran juga memiliki fungsi psikologis, yang mana fungsi psikologis ini meliputi 4 (empat) fungsi, yaitu fungsi atensi, fungsi afektif, fungsi kognitif dan fungsi kompensantoris.[33]  a) Fungsi atensi, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran. b) Fungsi afektif dapat terlihat dari tingkatan kenikmatan siswa ketika belajar (atau membaca) teks yang bergambar. Gambar atau lambang visual dapat mengubah sikap dan emosi siswa, misalnya informasi yang menyangkut masalah sosial atau ras. c) Fungsi kognitif terlihat dari temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar mempelancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.  d) Fungsi kompensatoris media pengajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali.[34]
Menurut Yudhi Munadi, fungsi psikologis meliputi fungsi atensi, fungsi afektif, fungsi kognitif, fungsi imajinatif dan fungsi motivasi.[35] Fungsi atensi, fungsi afektif dan fungsi kognitif sudah dijelaskan di atas. Sedangkan fungsi imajinatif, fungsi dimana media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengembangkan imajinasi siswa.[36] Imajinasi adalah proses menciptakan objek atau peristiwa tanpa pemanfaatan data sensoris. Imajinasi mencakup penimbulan atau kreasi objek-objek baru sebagai rencana masa mendatang, atau dapat juga mengambil bentuk fantasi (khayalan) yang didominasi kuat oleh pikiran-pikiran autistik.[37] Fungsi motivasi, dimana media pembelajaran dapat mendorong siswa untuk melakukan kegiatan belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Fungsi Sosio-Kultural, dimana dengan media pembelajaran dapat mengatasi hambatan sosio-kultural antarpeserta komunikasi pembelajaran. Bukan hal yang mudah untuk memahami para siswa yang memiliki jumlah cukup banyak.[38]
Jadi dapat disimpukan bahwa penggunaaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu dalam penyampaian pesan dan isi atau materi pelajaran Pendidikan Agama Kristen serta memberikan makna yang lebih dari proses pembelajaran sehingga memotivasi peserta didik untuk meningkatkan minat belajarnya di dalam pembelajaran didalam kelas.

Prinsip Penggunaan Media Pembelajaran
Penggunaan media pembelajaran hendaknya dipandang sebagai bagian yang integral dari suatu sistem pengajaran dan bukan hanya sebagai alat bantu yang berfungsi sebagai tambahan yang digunakan bila dianggap perlu dan hanya dimanfaatkan sewaktu-waktu dibutuhkan.
Media pembelajaran hendaknya dipandang sebagai sumber belajar yang digunakan dalam usaha memecahkan masalah yang dihadapi dalam proses belajar mengajar. Guru hendaknya benar-benar menguasai teknik-teknik dari suatu media pembelajaran yang digunakan. Guru seharusnya memperhitungkan untung ruginya pemanfaatan suatu media pengajaran.
Penggunaan media pembelajaran harus diorganisir secara sistematis bukan sembarang menggunakannya. Jika sekiranya suatu pokok bahasan memerlukan lebih dari macam media, maka guru dapat memanfaatkan multimedia yang menguntungkan dan memerlancar proses pembelajaran dan juga dapat merangsang siswa dalam belajar.[39]
Beberapa prinsip-prinsip yang harus dijalankan apabila akan menggunakan media dalam proses pembelajaran.[40] Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut: Pertama, Tidak ada satu metode dan media yang harus dipakai dengan meniadakan yang lain. Media tertentu cenderung untuk lebih tepat dipakai dalam menyajikan sesuatu unit pelajaran dari pada media yang lain. Oleh karena itu harus mengenal karakteristik dan kemampuan masing-masing media. Sebelum kita memilih dan menetapkan penggunaan seuatu media tertentu. Kedua, Tidak ada suatu media pun yang dapat sesuai untuk segala macam kegiatan belajar. Oleh karena itu, hendaknya kita melakukan cara dengan pendekatan multi media. Ketiga, Penggunaan media yang terlalu banyak secara serempak, justru akan membingungkan dan tidak memperjelas pelajaran. Pendekatan multi media tidaklah sama sekali berarti bahwa dalam sekali penampilan perlu dipakai beberapa macam media secara serentak. Keempat, Harus senantiasa dilakukan persiapan yang cukup untuk menggunakan media pembelajaran. Kelima, Media harus merupakan bagian integral dari seluruh program pembelajaran. Media bukan merupakan hiasan, sehingga kalau kita ingin menghiasi dinding kelas dengan media grafis misalnya, tidak dapat kita ambil begitu saja gambar yang menarik sebagai hiasan. Keenam, Siswa harus dipersiapkan dan diperlakukan sebagai peserta yang aktif. Ketujuh, Siswa harus ikut serta bertanggung jawab untuk apa yang terjadi selama kegiatan pembelajaran. Kedelapan, Secara umum perlu diusahakan penampilan yang positif dari pada yang negatif. Kesembilan, Hendaknya tidak menggunakan media pembelajaran sebagai sekedar selingan atau hiburan, pengisi waktu, kecuali tujuan pembelajarannya demikian. Kesepuluh, Pergunakan kesempatan menggunakan media yang dapat ditanggapi untuk melatih perkembangan bahasa, baik lisan maupun tertulis.[41]
Jadi kalau prinsip penggunaan media pembelajaran harus diatur dan di kembangkan secara baik maka akan menguntungkan dan memerlancar proses pembelajaran yang ada di dalam kelas.

Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran
Media merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kegiatan proses belajar mengajar. Karena beraneka ragamnya media tersebut, maka masing-masing media mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Untuk itu perlu memilihnya dengan cermat dan tepat agar dapat digunakan secara tepat guna.[42]
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memilih media, antara lain; tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, ketepatgunaan, kondisi siswa atau mahasiswa, ketersediaan perangkat kelas (hardware) dan perangkat lunak (software), mutu teknis dan biaya. Oleh sebab itu, beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan antara lain: Pertama, Media yang dipilih hendaknya selaras dan menunjang tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Kedua, Aspek materi menjadi pertimbangan yang dianggap penting dalam memilih media. Ketiga, Kondisi audien (siswa) dari segi subjek belajar menjadi perhatian yang serius bagi guru dalam memilih media yang sesuai dengan kondisi anak. Keempat, Ketersediaan media di sekolah atau memungkinkan bagi guru mendesain sendiri media yang akan digunakan merupakan hal yang perlu menjadi pertimbangan seorang guru. Kelima, Media yang akan dipilih seharusnya dapat menjelaskan apa yang akan disampaikan kepada audien (siswa) secara tepat dan berhasil guna, dengan kata lain tujuan yang ditetapkan dapat dicapai secara optimal. Keenam,  Biaya yang akan dikeluarkan dalam pemanfaatan media harus seimbang dengan hasil yang akan dicapai.[43]
Jadi bisa disimpulkan, pemilihan media pembelajaran merupakan hal yang penting, pemilihan media harus disesuaikan dengan materi, kondisi kelas maupun siswa yang mengikuti pembelajaran.

Implementasi Penggunaan Media Pembelajaran
Media pembelajaran merupakan segala bentuk perangsang dan alat yang disediakan guru untuk mendorong siswa belajar secara cepat, tepat, mudah, benar dan tidak terjadinya verbalisme. Media pembelajaran merupakan alat bantu pendengaran dan penglihatan bagi peserta didik dalam rangka memperoleh pengalaman belajar secara signifikan. Pengalaman belajar dapat diperoleh melalui: a). Situasi dan kondisi yang sesungguhnya. b). Mengamati benda pengganti dalam wujud alat peraga c). Membaca bahan-bahan cetakan, seperti majalah, buku, surat kabar dan sebagainya.[44]
Beberapa alternatif dapat digunakan oleh guru dalam mengimplementasi kan pembelajaran dengan berbagai media sesuai dengan metode dan strategi yang akan digunakan. Salah satu langkah yang bisa di tempuh guru dalam mengajar yang menggunakan media saat pembelajaran tersebut antara lain: a).Merumuskan tujuan pengajaran dengan memanfaatkan media b).Persiapan guru dengan cara memilih dan menetapkan media mana yang akan dimanfaatkan guna mencapai tujuan  c).Pesiapan kelas anak didik dan kelas dipersiapka sebelum pelajaran dengan bermedia di mulai. Guru harus dapat memotivasi mereka agar dapat menilai, menganalsis, menghayati pelajaran dengan menggunakan media pengajaran d). Langkah penyajian pelajaran dan pemanfaatan media. Media diperankan guru untuk membantu tugasnya menjelaskan bahan pelajaran  e).Langkah kegiatan belajar siswa. Pemanfaatan media oleh siswa sendiri dengan mempraktekkannya atau guru langsung baik di kelas atau di luar kelas. f).Langkah evaluasi pengajaran. Sampai sejauh mana tujuan pengajaran tercapai, sekaligus dapat dinilai sejauh mana penggunaan media sebagai alat bantu dapat menunjang keberhasilan proses pembelajaran siswa.


[1]Roymond H. Simamora, Buku Ajar Pendidikan dalam Keperawatan (Jakarta:EGC, 2009), 64.

[2]B.S. Sidjabat, Mengajar secara Profesional (Bandung: Kalam Hidup, 2011), 296.

[3]Roymond H. Simamora, 64.

[4]B.S. Sidjabat, 296.

[5]Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa,  Kamus Bahasa Indonesia, volume 1 (t.k. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1983).

[6]Schramm, W.,  Big Media Litle Media (London : Sage Public-Baverly Hills, 1977) 22.

[7]National Education Association, Audiovisual Instruction Department, New Media and College Teaching. Washington, D.C. : NEA, 1969.

[8]Briggs, Instructional Design,Educational Technology Publications  ( New Jersey : Englewood Cliffs, 1977) 87.

[9]AECT, Task Force, The definition of educational technology (Jakarta: CV.Rajawali, 1977), 201.
[10]Gagne dkk, Principles of instruction design (New York: Holt Reinehard and Winston 1988), 3.

[11]Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan (t.k.:  P.T. IMTIMA, 2007), 205-206.

[12]Purnamawati dan Eldarni. Media Pembelajaran (Jakarta:t.p.,2001), 4.

[13]Cece Wijaya dan A. Tabrani Rusyan, Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar Mengajar (Bandung : Remaja Roedakarya Offset, 1994), 137.

[14]Hari Setiawan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Surabaya : Karya Gemilang Utama, 2007), 3.

[15]Azhar Arsyad, Media Pembelajaran (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002) 12.

[16]Iswidayati, Pemanfaatan Media Pembelajaran Seni Budaya (Semarang:t.p.,2010), 1.

[17]Ibid., 2.

[18]Simamora, Roymond H., Buku Ajar  Pendidikan Dalam Keperawatan (Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 2009), 69.

[19]Degeng, I N. S., Desain pembelajaran: teori dan praktek (Malang: Penyelenggaraan Pendidikan Pascasarjana Proyek Peningkatan Perguruan Tinggi IKIP Malang, 1989), 320..

[20]Anitah S, Media Pembelajaran (Surakarta: LPP UNS dan UNS Press, 2008), 55.
[21]Azhar Arsyad, Media Pembelajaran (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), 51.

[22]Arief S. Sadiman, et. al., Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya, Cet. 13  ( Jakarta : Rajawali Pers, 2009 ), 20.

[23]Ibid.

[24]Rusman, Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer, /mengembangkan Profesionalisme Guru Abad 21 (Bandung: Alfabeta, 2012), 173.

[25]Yudhi Munadi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru (Jakarta: Gaung Persada Press, 2012), 18.

[26]Ibid., 19.

[27]Rusman, Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer, /mengembangkan Profesionalisme Guru Abad 21, 173. 

[28]Azhar Arsyad, Media Pembelajaran (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.2002), 22.

[29]Rusman, Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer, mengembangkan Profesionalisme Guru Abad 21, 164.
[30]Yudhi Munadi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru (Jakarta: Gaung Persada Press, 2012), 37.

[31]Ibid.

[32]Ibid., 41.
[33]Hujair AH Sanaky, Media Pembelajaran Interaktif- Inovatif  (Yogyakarta: Kaukaba Dipantara, 2013), 7.

[34]Azhar Arsyad, Media Pembelajaran (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.2002), 22.

[35]Yudhi Munadi,  43-47.

[36]Ibid., 46.

[37]Ibid.

[38]Ibid., 48.

[39]Asnawir dan Basyirudin Usman, Media Pembelajaran (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), 19.

[40] Karti Soenarto, Dkk (Surabaya: SIC, 2003), 98.
[41]Karti Soeharto, dkk. (Surabaya: SIC, 2003), 107-108.

[42]Asnawir dan Basyirudin Usman, Media Pembelajaran (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), 15.

[43]Ibid.
[44]Nanang Hanafiah. Konsep Strategi Pembelajaran (Bandung: Refika Aditama, 2009), 59-60.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar