Kurikulum
pengajaran di Indonesia mengalami kemajuan tahap demi tahap yang pada awalnya
pengajaran berfokus pada guru, kemudian siswa mulai dilibatkan. Cara belajar dengan melibatkan siswa adalah cara
belajar dengan menggunakan sistem CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif). Pada tahap
ini pengajaran sudah dititik beratkan pada siswa yang aktif, kemudian
berkembang lagi pada penggunaan bermacam -macam metode pembelajaran misalnya:
metode ceramah, metode diskusi, metode tanya jawab, metode kerja kelompok dan
lain - lain. Pada
hakikatnya, proses belajar mengajar adalah proses komunikasi, yang melibatkan
penyampaian pesan (materi) dari pengantar ke penerima. Proses pengubahan pesan
berupa materi/bahan ajar menjadi simbol komunikasi baik verbal maupun nonverbal
disebut encoding. Penafsiran simbol
komunikasi tersebut oleh peserta didik disebut decoding.[1]
Komunikasi
itu sendiri tidak terpisahkan dari media, saling berkaitan erat. Oleh sebab
itu, untuk memperlancar komunikasi, si pemberi pesan (komunikator) sebaiknya
menggunakan media yang sesuai dengan tingkat perkembangan, situasi (konteks)
dan pemikiran penerima pesan.[2] Pengajar
atau guru yang berfungsi sebagai si pemberi pesan dan anak didik sebagai
penerima pesan. Pemahaman anak didik tentang apa yang didengar,
dibaca, dilihat atau diamati adakalanya berhasil dan adakalanya gagal. Kegagalan
atau hambatan dalam proses komunikasi ini disebut barier atau noise. Untuk
meminimalkan kegagalan proses komunikasi, media diperlukan sebagai perantara
komunikasi.[3]
Pengertian
Media Pembelajaran
Media merupakan kata jamak dari medium (Latin) yang berarti perantara,
penghubung pesan dari si pengirim pesan kepada yang menerima.[4] Media dapat
diartikan sebagai perantara, penghubung; alat (sarana) komunikasi seperti
koran, majalah, radio, televisi, film, poster, dan spanduk; yang terletak
diantara dua pihak (orang, golongan, dan sebagainya). Pengertian umumnya adalah
segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi
kepada penerima informasi.[5]
Beberapa pakar/ahli media menyatakan definisi media adalah
sebagai berikut: Pertama, Teknologi
pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran jadi media
adalah perluasan dari guru.[6] Kedua,
Sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun audio visual, termasuk teknologi
perangkat kerasnya.[7]
Ketiga, Alat untuk memberikan perangsang
bagi siswa supaya terjadi proses belajar.[8] Keempat, Segala bentuk dan saluran yang digunakan
dalam proses penyampaian informasi atau pengantar informasi (pesan) antara
sumber (pemberi pesan) dengan penerima pesan.[9] Kelima, Berbagai jenis komponen dalam
lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar, media merupakan satu komponen penting dari strategi
penyampaian pembelajaran.[10] Keenam,
Segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan yang dapat
merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa untuk belajar. [11] Ketujuh, Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran,
perasaan, perhatian dan minat siswa sedemikian rupa sehingga terjadi proses
belajar.[12]
Kedelapan, Media berperan sebagai
perangsang belajar dan dapat menumbuhkan motivasi belajar sehingga siswa tidak
menjadi bosan dalam meraih tujuan-tujuan belajar. Dapat dikatakan bahwa media
dalam pembelajaran berpengaruh terhadap keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran.[13]
Sedangkan “pembelajaran” merupakan
bentuk jamak dari kata belajar yang mempunyai kata dasar “ajar”. Ajar adalah
petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui (diturut), belajar
merupakan suatu usaha untuk memperoleh kepandaian/ilmu.[14] Istilah
pembelajaran lebih menggambarkan usaha guru/pendidik untuk membuat para peserta
didik melakukan proses belajar. Kegiatan pembelajaran tidak akan berarti jika
tidak menghasilkan kegiatan belajar pada para siswanya. Kegiatan belajar hanya
akan berhasil jika si pelajar secara aktif mengalami sendiri proses belajar.
Seorang guru tidak dapat mewakili belajar siswanya. Seorang siswa belum dapat
dikatakan telah belajar hanya karena ia sedang berada dalam satu ruangan dengan
guru yang sedang mengajar. Masih banyak cara lain yang dapat dilakukan guru
untuk membuat siswa belajar. Peran yang seharusnya dilakukan guru adalah
mengusahakan agar setiap siswa dapat berinteraksi secara aktif dengan berbagai
sumber belajar yang ada.
Media pembelajaran adalah sebuah
alat yang berfungsi untuk menyampaikan pesan pembelajaran”.[15] Media pembelajaran
adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan informasi dan
segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk memperjelas materi atau mencapai
tujuan pembelajaran.[16]
Menurut Brown, Media pembelajaran
yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi efektivitas
pembelajaran.[17]
Keefektifitasan suatu proses komunikasi bisa diidentifikasi dari seberapa pesan
yang disampaikan oleh komunikator dapat diterima oleh komunikan. Selanjutnya
dikatakan pula bahwa “Dalam proses pembelajaran guru dituntut untuk menjadi
komunikator yang efektif, sehingga pesan-pesan atau materi yang disampaikan
kepada komunikan atau peserta didik dapat diterima secara efektif juga”.
Media pembelajaran adalah bahan,
alat, maupun metode/teknik yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar
dengan maksud agar proses interaksi komunikasi edukatif antara guru dan anak
didik dapat berlangsung secara efektif dan efisien sesuai dengan tujuan
pengajar yang telah dirumuskan sebelumnya. Atau dengan kata lain, media pembelajaran
adalah” segala sesuaru yang dapat menyalurkan pesan dapat merangsang pikiran,
perasaan dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses
belajar pada peserta didik. Dengan demikian melalui mendengar dan melihat akan
diperoleh kesan yang jauh lebih dalam. Media pembelajaran (alat peraga)
seperti: gambar, peta, papan tulis,boks pasir dan lain-lain dapat menolong atau
untuk mengingat dengan lebih baik.[18] Media pembelajaran sebagai komponen
strategi peyampaian pesan yang akan disampaikan pembelajar, apakah itu berupa
orang, alat atau bahan.[19] Menurut Dale, pengalaman manusia digambarkan sebagai suatu
kerucut, yang dimulai dari pengalaman langsung sampai dengan pengalaman yang
paling abstrak yaitu belajar melalui lambang kata – kata.[20]
Berdasarkan beberapa pendapat di
atas dapat disimpulkan, media pembelajaran merupakan wadah dari pesan yang oleh
sumber pesan ataupun penyalurnya (pendidik) ingin diteruskan kepada sasaran
atau penerima pesan tersebut (peserta didik), dalam proses belajar mengajar
media pembelajaran merupakan hal yang sangat penting, karena tanpa adanya media
pembelajaran maka sangat sulit sekali untuk dapat terjadi hubungan antara
peserta didik dengan pendidik ataupun
sebaliknya hubungan antara pendidik dengan peserta didik. Guru dituntut untuk
dapat menjadi komunikator yang efektif sedangkan media pembelajaran itu sendiri
dapat mempengaruhi efektivitas pembelajaran.
Jadi, secara umum dapat disimpulkan
bahwa media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi
dari sumber informasi kepada penerima informasi. Istilah media ini sangat
populer dalam bidang komunikasi. Proses belajar mengajar pada dasamya juga
merupakan proses komunikasi, sehingga media yang digunakan dalam pembelajaran
disebut media pembelajaran.
Klasifikasi
Media Pembelajaran
Media
Pembelajaran dapat diklasifikasikan dan diidentifikasikan dengan berbagai cara. Klasifikasi media ini dapat
menjadi landasan untuk pemanfaatan pemakaian media pembelajaran di dalam proses
belajar mengajar di dalam kelas, ada beberapa pendapat pakar tentang Klasifikasi Media Pembelajaran.
Azhar Arshad
dalam bukunya mengklasifikasikan ada 6 (enam) media pembelajaran berdasarkan sumber
belajarnya.[21] a).Pesan (Apa informasi yang ditransmisikan?) b). Orang
(Siapa/Apakah yang melakukan transmisi?) c). Bahan (Siapa/Apakah yang menyimpan
informasi?) d). Alat (Siapa/Apakah yang menyimpan informasi?) e). Teknik
(Bagaimana informasi itu ditransmisikan?) f). Lingkungan/Latar (Di mana
ditransmisikan?).
Rudy Bretz,
mengklasifikasikan media berdasarkan unsur pokoknya yaitu suara, visual (berupa
gambar, garis, dan simbol), dan gerak.[22] Di samping itu
juga, Bretz membedakan antara media siar (telecommunication) dan
media rekam (recording). Dengan demikian, media menurut taksonomi
Bretz dikelompokkan menjasi 8 kategori: 1) media audio visual gerak, 2) media audio visual
diam, 3) media audio semi gerak, 4) media visual gerak, 5) media visual diam,
6) media semi gerak, 7) media audio, dan 8) media cetak.[23]
Rusman,
mengklasifikasikan media pembelajaran berdasarkan sifatnya, jangkauan dan
teknik pemakaiannya.[24] Dari
sifatnya, media dapat dibagi ke dalam: a). Media auditif, yaitu media yang
hanya dapat didengar saja atau media yang memiliki unsur suara. b). Media
visual, yaitu media yang dapat dilihat saja, tidak mengandung unsur suara. c). Media audiovisual, yaitu jenis media selain mengandung unsur suara juga
mengandung unsur gambar yang bisa dilihat. Dari kemampuan jangkauannya, media
dapat pula dibagi ke dalam: a). media yang memiliki daya liput yang luas dan
serentak. b). media yang memiliki daya liput yang terbatas oleh ruang dan
waktu. Dari cara atau teknik pemakaianya, media dapat dibagi ke dalam: a).
media yang diproyeksikan b). media yang tidak dapat diproyeksikan.
Edgar Dale
mengadakan klasifikasi media pembelajaran menurut
tingkat dari yang paling konkrit sampai yang paling abstrak. Klasifikasi
tersebut kemudian dikenal dengan nama “kerucut pengalaman” dari Edgar Dale dan
dianut secara luas dalam menentukan media, alat bantu serta alat peraga
yang paling sesuai untuk pengalaman belajar.[25] Pengalaman
belajar konkrit yang secara langsung dialami siswa terletak dibagian bawah
kerucut. Disinilah pengalaman yang paling besar dan banyak memperoleh manfaat
karena dengan cara mengalaminya sendiri seperti yang dikatakan James L.
Mursell. Menurut analisis Dale, bahwa pengalaman langsung mendapat tempat utama
dan terbesar, sedangkan belajar melalui abstrak berada dipuncak kerucut. Ini
berarti setiap belajar yang dialami siswa kelas permulaan secara
berangsur-angsur harus dikurangi sesuai dengan tahapan pada kerucut tersebut.[26]
Media Pembelajaran dilihat
dari segi jenisnya, dibagi menjadi 3 (tiga) macam:[27] a). Media Audio (Auditif), media audio adalah media yang bentuk sarana
penyampai, pembawa, dan pengantar pesannya ditangkap melalui indra pendengar.
Diantara media audio ini adalah televisi, radio, MP3, tape recorder, piringan
hitam, dan lain-lain. b).
Media Visual, media visual
adalah media yang hanya mengandalkan indra penglihatan. Artinya, media ini
terfokus hanya pada pancaindra penglihatan. Jenis media visual ini ada yang
menampilkan gambar diam seperti film strip film berangkai), slide
(dilm bingkai), foto, gambar atau lukisan, dan cetakan. Ada pula jenis media
yang menampilkan gambar atau simbol yang bergerak, seperti hanya film bisu dan
film kartun. c). Media
Audiovisual, media audiovisual adalah media yang mempunyai unsur suara dan gambar.
Artinya, media ini didapatkan dari hasil penggabungan antara audio dan visual.
Media jenis audiovisual dibagi kedalam dua bagian, diantaranya adalah sebagai
berikut: i). Audiovisual Diam : film bingkai suara (sound slide),
film rangkai suara, dan cetak suara. ii). Audiovisual Gerak : film suara
dan video-cassette.
Manfaat Media Pembelajaran
Penyampaian materi menggunakan media
pembelajaran dianggap penting karena media pembelajaran disini dapat membantu
menstimulus indera dari peserta didik. Menurut Kemp dan Dayton dalam pengembangan
sumber belajar, media pembelajaran memiliki manfaat[28] yaitu: (a). Penyampaian
materi pelajaran lebih baku. (b). Pengajaran bisa lebih menarik (c). Pembelajaran
menjadi lebih interaktif. (d). Lama waktu pengajaran dapat dipersingkat. (e).
Kualitas hasil belajar dapat ditingkatkan. (f). pengajaran dapat diberikan
kapan dan dimana saja diinginkan maupun diperlukan. (g). Sikap positif siswa
terhadap apa yang mereka pelajari dan terhadap proses belajar dapat
ditingkatkan. (h). Peran guru dapat berubah kearah yang lebih positif.
Manfaat media pembelajaran
dalam proses pembelajaran[29]
adalah: a). pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat
menumbuhkan motivasi belajar. b). materi pembelajaran akan jelas maknanya
sehingga dapat lebih dipahami oleh para siswa dan memungkinkan siswa menguasai
tujuan pembelajaran lebih baik. c). metode pembelajaran akan lebih bervariasi,
tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru,
sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi bila guru
harus mengajar untuk setiap jam pelajaran. d). siswa lebih banyak melakukan
kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga
aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain.
Jadi dengan pemanfaatan media pembelajaran akan
sangat membantu siswa dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru dan
siswa akan memiliki respon yang baik karena siswa dapat menerima gambaran
secara jelas tentang materi pelajaran yang disampaikan oleh guru.
Fungsi Media Pembelajaran
Fungsi media pembelajaran sebagai sumber belajar,
Secara teknis media pembelajaran berfungsi sebagai sumber belajar. dalam
kalimat “sumber belajar” ini tersirat makna keaktifan, yakni sebagai peyalur,
penyampai, penghubung dan lain-lain.[30] Media pembelajaran
adalah “bahasanya guru”. Maka untuk dalam beberapa hal media pembelajaran dapat menggantikan fungsi
guru terutama sebagai sumber belajar.[31]
Fungsi semantik, yakni kemampuan media dalam
menambah perbendaharaan kata (symbol verbal) yang makna atau maksudnya
benar-benar dipahami anak didik (tidak verbalistik).
Media pembelajaran juga memiliki fungsi
manipulatif, ini didasarkan pada cirri-ciri umum yang dimilikinya. Media
pembelajaran ini memiliki dua kemampuan, yakni mengatasi batas-batas ruang dan
waktu dan mengatasi keterbatasan inderawi.[32] Kemampuan media pembelajaran dalam mengatasi
batas-batas ruang dan waktu, kemampuan media menghadirkan objek atau peristiwa yang sulit dihadirkan dalam
bentuk aslinya, kemampuan media menjadikan objek atau peristiwa yang menyita
waktu panjang menjadi singkat. Kemampuan media pembelajaran dalam mengatasi
keterbatasan inderawi manusia. Membantu siswa dalam memahami objek yang sulit
diamati karena terlalu kecil. Membantu siswa dalam memahami objek yang bergerak
terlalu lambat atau terlalu cepat. Membantu siswa dalam memahami objek yang
membutuhkan kejelasan suara, Membantu siswa dalam memahami objek yang terlalu
komplek.
Selain fungsi di atas, media pembelajaran juga
memiliki fungsi psikologis, yang mana fungsi psikologis ini meliputi 4 (empat)
fungsi, yaitu fungsi atensi, fungsi afektif, fungsi kognitif dan fungsi
kompensantoris.[33] a) Fungsi atensi, yaitu menarik dan
mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang
berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi
pelajaran. b) Fungsi afektif dapat terlihat dari tingkatan kenikmatan siswa
ketika belajar (atau membaca) teks yang bergambar. Gambar atau lambang visual
dapat mengubah sikap dan emosi siswa, misalnya informasi yang menyangkut
masalah sosial atau ras. c) Fungsi kognitif terlihat dari temuan-temuan
penelitian yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar mempelancar
pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang
terkandung dalam gambar. d) Fungsi
kompensatoris media pengajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa media
visual yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu siswa yang lemah
dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya
kembali.[34]
Menurut Yudhi Munadi,
fungsi psikologis meliputi fungsi atensi, fungsi afektif, fungsi kognitif, fungsi imajinatif dan
fungsi motivasi.[35] Fungsi
atensi, fungsi afektif dan fungsi kognitif sudah dijelaskan di atas.
Sedangkan fungsi imajinatif, fungsi dimana media pembelajaran dapat
meningkatkan dan mengembangkan imajinasi siswa.[36] Imajinasi adalah proses
menciptakan objek atau peristiwa tanpa pemanfaatan data sensoris. Imajinasi
mencakup penimbulan atau kreasi objek-objek baru sebagai rencana masa
mendatang, atau dapat juga mengambil bentuk fantasi (khayalan) yang didominasi
kuat oleh pikiran-pikiran autistik.[37] Fungsi motivasi, dimana
media pembelajaran dapat mendorong siswa untuk melakukan kegiatan belajar
sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Fungsi Sosio-Kultural,
dimana dengan media pembelajaran dapat mengatasi hambatan sosio-kultural
antarpeserta komunikasi pembelajaran. Bukan hal yang mudah untuk memahami para
siswa yang memiliki jumlah cukup banyak.[38]
Jadi dapat disimpukan bahwa
penggunaaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat
membantu dalam penyampaian pesan dan isi atau materi pelajaran Pendidikan Agama
Kristen serta memberikan makna yang lebih dari proses pembelajaran sehingga
memotivasi peserta didik untuk meningkatkan minat belajarnya di dalam
pembelajaran didalam kelas.
Prinsip Penggunaan Media Pembelajaran
Penggunaan media pembelajaran hendaknya dipandang sebagai
bagian yang integral dari suatu sistem pengajaran dan bukan hanya sebagai alat
bantu yang berfungsi sebagai tambahan yang digunakan bila dianggap perlu dan
hanya dimanfaatkan sewaktu-waktu dibutuhkan.
Media
pembelajaran hendaknya dipandang sebagai sumber belajar yang digunakan dalam
usaha memecahkan masalah yang dihadapi dalam proses belajar mengajar. Guru
hendaknya benar-benar menguasai teknik-teknik dari suatu media pembelajaran
yang digunakan. Guru seharusnya memperhitungkan untung ruginya pemanfaatan
suatu media pengajaran.
Penggunaan
media pembelajaran harus diorganisir secara sistematis bukan sembarang
menggunakannya. Jika sekiranya suatu pokok bahasan memerlukan lebih dari macam
media, maka guru dapat memanfaatkan multimedia yang menguntungkan dan
memerlancar proses pembelajaran dan juga dapat merangsang siswa dalam belajar.[39]
Beberapa
prinsip-prinsip yang harus dijalankan apabila akan menggunakan media dalam
proses pembelajaran.[40] Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut: Pertama, Tidak ada satu metode dan media
yang harus dipakai dengan meniadakan yang lain. Media tertentu cenderung untuk
lebih tepat dipakai dalam menyajikan sesuatu unit pelajaran dari pada media
yang lain. Oleh karena itu harus mengenal karakteristik dan kemampuan
masing-masing media. Sebelum kita memilih dan menetapkan penggunaan seuatu
media tertentu. Kedua, Tidak ada
suatu media pun yang dapat sesuai untuk segala macam kegiatan belajar. Oleh
karena itu, hendaknya kita melakukan cara dengan pendekatan multi media. Ketiga, Penggunaan media yang terlalu
banyak secara serempak, justru akan membingungkan dan tidak memperjelas
pelajaran. Pendekatan multi media tidaklah sama sekali berarti bahwa dalam
sekali penampilan perlu dipakai beberapa macam media secara serentak. Keempat, Harus senantiasa dilakukan
persiapan yang cukup untuk menggunakan media pembelajaran. Kelima, Media harus merupakan bagian integral dari seluruh program
pembelajaran. Media bukan merupakan hiasan, sehingga kalau kita ingin menghiasi
dinding kelas dengan media grafis misalnya, tidak dapat kita ambil begitu saja
gambar yang menarik sebagai hiasan. Keenam,
Siswa harus dipersiapkan dan diperlakukan sebagai peserta yang aktif. Ketujuh, Siswa harus ikut serta
bertanggung jawab untuk apa yang terjadi selama kegiatan pembelajaran. Kedelapan, Secara umum perlu diusahakan
penampilan yang positif dari pada yang negatif. Kesembilan, Hendaknya tidak menggunakan media pembelajaran sebagai
sekedar selingan atau hiburan, pengisi waktu, kecuali tujuan pembelajarannya
demikian. Kesepuluh, Pergunakan
kesempatan menggunakan media yang dapat ditanggapi untuk melatih perkembangan
bahasa, baik lisan maupun tertulis.[41]
Jadi kalau prinsip penggunaan media pembelajaran harus diatur
dan di kembangkan secara baik maka akan menguntungkan dan memerlancar proses
pembelajaran yang ada di dalam kelas.
Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran
Media
merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kegiatan proses belajar
mengajar. Karena beraneka ragamnya media tersebut, maka masing-masing media
mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Untuk itu perlu memilihnya dengan
cermat dan tepat agar dapat digunakan secara tepat guna.[42]
Ada
beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memilih media, antara lain; tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai, ketepatgunaan, kondisi siswa atau mahasiswa,
ketersediaan perangkat kelas (hardware) dan perangkat lunak (software), mutu
teknis dan biaya. Oleh sebab itu, beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan
antara lain: Pertama, Media yang
dipilih hendaknya selaras dan menunjang tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan. Kedua, Aspek materi
menjadi pertimbangan yang dianggap penting dalam memilih media. Ketiga, Kondisi audien (siswa) dari segi
subjek belajar menjadi perhatian yang serius bagi guru dalam memilih media yang
sesuai dengan kondisi anak. Keempat,
Ketersediaan media di sekolah atau memungkinkan bagi guru mendesain sendiri
media yang akan digunakan merupakan hal yang perlu menjadi pertimbangan seorang
guru. Kelima, Media yang akan dipilih
seharusnya dapat menjelaskan apa yang akan disampaikan kepada audien (siswa)
secara tepat dan berhasil guna, dengan kata lain tujuan yang ditetapkan dapat
dicapai secara optimal. Keenam, Biaya yang akan dikeluarkan dalam pemanfaatan
media harus seimbang dengan hasil yang akan dicapai.[43]
Jadi bisa disimpulkan, pemilihan media pembelajaran merupakan
hal yang penting, pemilihan media harus disesuaikan dengan materi, kondisi
kelas maupun siswa yang mengikuti pembelajaran.
Implementasi Penggunaan Media Pembelajaran
Media
pembelajaran merupakan segala bentuk perangsang dan alat yang disediakan guru
untuk mendorong siswa belajar secara cepat, tepat, mudah, benar dan tidak
terjadinya verbalisme. Media pembelajaran merupakan alat bantu pendengaran dan
penglihatan bagi peserta didik dalam rangka memperoleh pengalaman belajar
secara signifikan. Pengalaman belajar dapat diperoleh melalui: a). Situasi dan
kondisi yang sesungguhnya. b). Mengamati benda pengganti dalam wujud alat
peraga c). Membaca bahan-bahan cetakan, seperti majalah, buku, surat kabar dan
sebagainya.[44]
Beberapa alternatif dapat digunakan oleh guru dalam mengimplementasi
kan pembelajaran dengan berbagai media sesuai dengan metode dan strategi yang
akan digunakan. Salah satu langkah yang bisa di tempuh guru dalam mengajar yang
menggunakan media saat pembelajaran tersebut antara lain: a).Merumuskan tujuan
pengajaran dengan memanfaatkan media b).Persiapan guru dengan cara memilih dan
menetapkan media mana yang akan dimanfaatkan guna mencapai tujuan c).Pesiapan kelas anak didik dan kelas
dipersiapka sebelum pelajaran dengan bermedia di mulai. Guru harus dapat memotivasi
mereka agar dapat menilai, menganalsis, menghayati pelajaran dengan menggunakan
media pengajaran d). Langkah penyajian pelajaran dan pemanfaatan media. Media
diperankan guru untuk membantu tugasnya menjelaskan bahan pelajaran e).Langkah kegiatan belajar siswa.
Pemanfaatan media oleh siswa sendiri dengan mempraktekkannya atau guru langsung
baik di kelas atau di luar kelas. f).Langkah evaluasi pengajaran. Sampai sejauh
mana tujuan pengajaran tercapai, sekaligus dapat dinilai sejauh mana penggunaan
media sebagai alat bantu dapat menunjang keberhasilan proses pembelajaran
siswa.
[2]B.S. Sidjabat, Mengajar secara
Profesional (Bandung: Kalam Hidup, 2011), 296.
[4]B.S. Sidjabat, 296.
[5]Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia, volume 1 (t.k. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
1983).
[7]National Education Association, Audiovisual Instruction Department, New
Media and College Teaching. Washington,
D.C. : NEA, 1969.
[8]Briggs, Instructional
Design,Educational Technology Publications
( New Jersey : Englewood Cliffs, 1977) 87.
[11]Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan (t.k.:
P.T. IMTIMA, 2007), 205-206.
[13]Cece Wijaya dan A. Tabrani Rusyan, Kemampuan
Dasar Guru dalam Proses Belajar Mengajar (Bandung : Remaja Roedakarya
Offset, 1994), 137.
[14]Hari Setiawan, Kamus Besar
Bahasa Indonesia (Surabaya : Karya Gemilang
Utama, 2007), 3.
[15]Azhar Arsyad, Media Pembelajaran (Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2002) 12.
[16]Iswidayati, Pemanfaatan Media Pembelajaran Seni Budaya (Semarang:t.p.,2010), 1.
[17]Ibid., 2.
[18]Simamora, Roymond H., Buku Ajar
Pendidikan Dalam Keperawatan (Jakarta:
Buku Kedokteran EGC, 2009), 69.
[19]Degeng, I N. S., Desain
pembelajaran: teori dan praktek (Malang: Penyelenggaraan Pendidikan
Pascasarjana Proyek Peningkatan Perguruan Tinggi IKIP Malang, 1989), 320..
[22]Arief
S. Sadiman, et. al., Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya,
Cet. 13 ( Jakarta
: Rajawali Pers, 2009 ), 20.
[23]Ibid.
[24]Rusman, Belajar dan
Pembelajaran Berbasis Komputer, /mengembangkan Profesionalisme Guru Abad 21
(Bandung:
Alfabeta, 2012), 173.
[25]Yudhi Munadi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru (Jakarta: Gaung Persada
Press, 2012), 18.
[27]Rusman, Belajar dan
Pembelajaran Berbasis Komputer, /mengembangkan Profesionalisme Guru Abad 21, 173.
[29]Rusman, Belajar dan
Pembelajaran Berbasis Komputer, mengembangkan Profesionalisme Guru Abad 21, 164.
[30]Yudhi Munadi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru (Jakarta: Gaung Persada Press, 2012), 37.
[31]Ibid.
[32]Ibid., 41.
[33]Hujair AH Sanaky, Media
Pembelajaran Interaktif- Inovatif (Yogyakarta: Kaukaba Dipantara, 2013), 7.
[36]Ibid., 46.
[37]Ibid.
[38]Ibid., 48.
[39]Asnawir dan Basyirudin Usman, Media
Pembelajaran (Jakarta:
Ciputat Pers, 2002), 19.
[40] Karti Soenarto, Dkk (Surabaya: SIC, 2003), 98.
[41]Karti Soeharto, dkk. (Surabaya: SIC, 2003), 107-108.
[42]Asnawir dan Basyirudin Usman, Media
Pembelajaran (Jakarta:
Ciputat Pers, 2002), 15.
[43]Ibid.
[44]Nanang Hanafiah. Konsep Strategi
Pembelajaran (Bandung:
Refika Aditama, 2009), 59-60.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar